PART 1
PENDIDIK SEKOLAH MINGGU 1(PEMBINAAN GURU SEKOLAH MINGGU)
Seorang pendidik secara umum harus memiliki empat kompetensi dasar. Kompetensi tersebut yaitu kompetensi pedagogie, kepribadian, profesional dan sosial. Kompetensi ini selayaknya pula dimiliki oleh pendidik atau guru sekolah minggu. (PP No.19 tahun 2005).
Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan memiliki kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional yaitu kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan. Kompetensi sosial yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan sosial secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat luas.
Kompetensi pedagogie adalah kemampuan pendidik untuk mengelola kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini meliputi pemahaman pendidik terhadap anak/peserta didik, kemampuan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, kemampuan mengevaluasi hasil belajar, dan kemampuan mengembangkan peserta didik untuk mampu mengaktualisasikan diri secara optimal. Guru sekolah minggu seharusnyalah juga memiliki kemampuan pedagogie agar kegiatan belajar yang dilakukan dapat berjalan efektif. Berikut ini akan kita bahas satu persatu perihal kompetensi pedagogie untuk guru sekolah minggu.
Pemahaman guru terhadap anak didik.
Memahami anak didik dapat dilakukan dengan mempelajari karakter, kebutuhan dan tahapan perkembangan usia anak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan dan penetapan strategi kegiatan guru di sekolah minggu. Jika kegiatan yang dipilih terlalu tinggi tingkat kesulitannya maka anak sulit untuk menangkap tujuan kegiatan tersebut demikian pula sebaliknya. Berikut ini ada beberapa hal yang penting tentang psikologi anak yang perlu dipelajari dan dipahami sebagai dasar pelayanan.
Kebutuhan dasar anak:
- Anak membutuhkan kasih sayang
- Anak membutuhkan rasa aman
- Anak membutuhkan penerimaan
- Anak membutuhkan disiplin (untuk menahan diri)
- Anak membutuhkan kebebasan yang wajar
- Anak membutuhkan penghargaan
Prinsip penerimaan pengalaman pendidikan bagi anak:
- Semua pengalaman anak dapat mempengaruhi dan membentuk watak dan arah hidupnya; sebagaimana diungkapkan oleh Dorothy Law Nolte:
- Jika anak hidup dengan kritikan, ia belajar untuk menghakimi.
- Jika seorang anak hidup dengan kebencian, ia belajar kejahatan.
- Jika seorang anak hidup dengan ejekan, ia belajar untuk menjadi malu.
- Jika seorang anak hidup dengan dipermalukan, ia belajar untuk merasa bersalah.
- Jika seorang anak hidup dengan dorongan, ia belajar keyakinan diri.
- Jika seorang anak hidup dengan pujian, ia belajar untuk menghargai.
- Jika seorang anak hidup dengan keadilan, ia belajar keadilan.
- Jika seorang anak hidup dengan aman, ia belajar aman.
- Jika seorang anak hidup dengan pengesahan, ia belajar untuk menyenangi dirinya.
- Jika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia belajar untuk mengasihi dunia.
- Kepribadian anak mudah dibentuk pada usia dini
- Setiap tahap perkembangan anak membutuhkan pembinaan khusus
- Seorang anak sedang menunggu untuk diisi oleh orang dewasa apapun juga bentuknya.
Tugas perkembangan secara umum dalam tiap-tiap tahap perkembangan
- Perkembangan masa kanak-kanak (1-5 tahun) ciri-ciri umum yang nampak dari tugas perkembangannya:
- Jasmani : Pertumbuhan jasmani berjalan dengan cepat, aktif bergerak, berusaha memperoleh keterampilan otot.
- Jiwani : Belajar melalui meniru, ingin tahu besar, fantasi kuat, emosional - mudah marah, ada rasa takut, suasana hati gembira, dan ingin mengasihi, sejak usia tiga tahun mempunyai konsep pribadi sifatnya, konsep berkembang dari yang khusus ke umum, konsep pemikirannya banyak dipengaruhi perasaan.
- Sosial : Ada sikap negativistis, suka menirukan, muncul persaingan, suka bertengkar, egoistis
- Rohani : Tuhan dikenal melalui bahasa dan konsep tentang Tuhan diperoleh dari keluarga khususnya orangtua. Tuhan itu baik atau jahat tergantung penghayatan anak terhadap orangtuanya khususnya ayah.
- Perkembangan masa sekolah (6-12 tahun) ciri-ciri umumnya:
- Jasmani : Periode ini disebut periode memanjang, secara fisik fungsi organ otak mulai terbentuk mantap sehingga perkembangan kecerdasannya cukup pesat.
- Jiwani : Anak mulai banyak melihat dan bertanya, fantasinya berkurang karena melihat kenyataan, ingatan kuat daya kritis mulai tumbuh, ingin berinisiatif dan bertanggung jawab.
- Sosial : Kegiatan anak mulai berkelompok dan mengarah pada tujuan tetapi masih egosentris, kegiatannya hanya satu jenis dan mulai membuat "Gang" dengan kompetisi tinggi.
- Rohani : Anak mulai memasukkan dalam pikirannya tentang Tuhan mulai memisahkan konsep pikiran tentang Tuhan dengan orangtuanya, melihat Tuhan dalam bentuk yang kongkret (manusia Yesus) dan Tuhan adalah yang suci, maha baik, lembut dan kudus, Tuhan makin lama dipandang sebagai Kristus dan dikagumi sebagai pahlawan.
- Perkembangan masa remaja(12-14 tahun) ciri-ciri umumnya:
- Jasmani : Adanya perubahan jasmani yang mendadak dan cepat iramanya sehingga menimbulkan kebingungan dalam diri anak. Secara biologis remaja telah matang dan siap untuk berperan sebagai pria atau wanita.
- Jiwani : Perkembangan kecerdasan berkembang secara pesat, berpikirnya makin logis dan kritis, fantasi makin kuat sehingga seringkali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita-cita, mencari realita, kebenaran dan tujuan hidup.
- Sosial : Pada masa ini pengaruh yang besar datang dari kelompoknya (teman sebaya), perubahan perilaku berhubungan dengan kehidupan bersama, suka berkelompok ada usaha untuk diterima dalam kelompok dan masyarakat, ingin maju, suka membantu, sopan dan memperhatikan orang lain dsb. (Dr. Ira dalam handbook untuk sekolah minggu).
- Rohani : Kehidupan agamanya berada dalam persimpangan jalan, ada perasaan tidak aman karena terjadi perubahan fisik, emosi dan juga berpengaruh pada imannya kadang-kadang kekuasaan tradisi kepercayaan dianggap mempersempit kebebasan dirinya yang banyak menuruti keinginan diri sendiri (suara hatinya), Dapat terjadi sikap berontak kepada Tuhan bila Tuhan dihubungkan dengan kekuasaan yang menghambatnya, atau remaja justru ingin mendekat kepada Tuhan, karena dalam Tuhan remaja menemukan teman atau sahabat yang dibutuhkan.
Bagaimana anak belajar??
Anak belajar secara kontinyu (terus-menerus).
Anak belajar melalui panca inderanya.
Anak belajar melalui kegiatan.
Anak akan belajar sebaik-baiknya bila ia mempunyai dorongan atau alasan untuk belajar.
Anak akan belajar paling baik bila mereka sudah siap untuk belajar.
Anak belajar dengan jalan meniru.
Kemampuan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan merencanakan tetap harus dilakukan oleh guru sekolah minggu karena dengan demikian maka tujuan yang akan dicapai jelas dan terfokus. Mengapa mengajar sekolah minggu itu perlu direncanakan? Sekolah minggu mengajarkan anak untuk memiliki iman dan percaya pada Tuhan. Konsep ketuhanan yang diberikan masih terlalu abstrak untuk bisa dipahami oleh anak-anak, untuk itu guru harus merencanakan dengan sangat baik kegiatan belajar agar konsep yang disampaikan adalah bentuk kebenaran yang sesuai dengan firman Tuhan.
Kurikulum yang harus diajarkan untuk sekolah minggu mengangkut pokok materi tentang :
- Mengajarkan anak tentang gambaran yang benar mengenai Allah. Pokok-pokok penting yang tercakup di dalamnya:
- Sifat-sifat Allah
- Karya Allah
- Firman Allah/Alkitab
- Hukum-hukum Allah
- Rencana/Kehendak Allah
- Mengajarkan anak tentang gambaran yang benar mengenai Manusia. Pokok-pokok penting yang tercakup di dalamnya:
- Penciptaan Manusia
- Kejatuhan Manusia dalam Dosa
- Hukuman Allah atas Manusia Berdosa
- Rencana Keselamatan Allah untuk Manusia
- Manusia sebagai Ciptaan Baru yang lahir dari Allah
- Mengajarkan anak tentang gambaran yang benar mengenai Alam.
- Penciptaan Alam Semesta
- Pemeliharaan Allah atas Alam
- Kutukan Allah atas Alam setelah Kejatuhan Manusia dalam dosa
Setelah memahami pokok materi yang seharusnya dipahami oleh anak sekolah minggu maka guru dapat melakukan pendekatan-pendekatan berdasarkan beberapa pertimbangan, salah satunya adalah berdasarkan minat dan tingkat pemahaman anak. Berikut ini beberapa contoh pendekatan pembelajaran sekolah minggu:
- Untuk anak prasekolah
Tugas utama dari seorang guru yang mengajar anak-anak pra-sekolah adalah untuk memberikan konsep-konsep dasar dan informasi yang diperlukan oleh anak-anak itu agar mereka dapat merumuskan pandangan yang bersifat alkitabiah mengenai dunia ini.
Anak-anak Asuhan/batita (2-3 tahun)
Cara terbaik untuk menyampaikan isi Alkitab pada anak batita ialah dengan mengajarkannya di dalam konteks aktivitas dan pengalaman. Informasi alkitabiah juga harus disampaikan sesuai dengan level pemahaman mereka. Misalnya guru akan mengajarkan "Allah yang Maha Tahu dan Maha Hadir", maka kalimatnya bisa disederhanakan menjadi "Yesus selalu melihat kita". Untuk mengajarkan satu kebenaran dalam tiap pertemuan, guru harus memperlengkapi diri dengan berbagai metode yang menarik dan menyenangkan anak. Semua aktivitas harus dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan pesan yang sama, mulai dari pujian, permainan, alat peraga, aktivitas, dsb.
Anak-anak Kelas Indria/TK (4-5 tahun)
Menurut riset, anak-anak usia TK sedang membina suatu cara untuk memandang kehidupan ini, oleh karena itu kepada mereka harus diberikan kebenaran-kebenaran yang dasar agar mereka mendapat pengertian yang alkitabiah mengenai kehidupan ini dan mengenai dunia mereka. Mengingat anak Indria belum sadar akan perkembangan sejarah (misal: bahwa Abraham hidup sebelum Zakheus), materi-materi Alkitab yang disajikan sebaiknya disusun dalam tema bulanan yang berpusat pada pengalaman mereka, seperti: kehidupan dalam keluarga, penciptaan dan pemeliharaan Allah, dsb.
- Anak-anak Sekolah:
Ajaran yang diberikan harus dapat menolong anak-anak mengenal kebenaran yang relevan untuk mereka, sehingga mereka dapat memberi respons sesuai dengan kesanggupan dan tahap pengertian mereka sendiri.
Anak-anak Kelas Pratama (6-8 tahun)
Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Pratama disusun dengan pengertian bahwa perikop Alkitab yang ingin disampaikan untuk umur ini boleh lebih panjang dan lebih lengkap. Cerita Alkitab sewaktu-waktu masih terfokus kepada tema bulanan, misalnya "Memberi dengan sukacita", bisa dipilih 2 kisah dari PL dan 2 kisah dari PB. Tetapi boleh juga ada cerita berseri, misalnya "Kehidupan Daniel" atau "Yusuf dan saudara-saudaranya". Pada umur ini anak-anak mulai mengerti hubungan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
Anak-anak Kelas Madya (9-11 tahun)
Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Madya disusun dengan pertimbangan bahwa peristiwa Alkitab dilihat secara keseluruhan dari segi sejarah, mulai dari PL hingga PB. Pada umur ini anak juga mengagumi tokoh-tokoh serta meneladaninya, karena itu penting sekali ditekankan mengenai teladan hidup baik tokoh Alkitab maupun tokoh Kristen pada jaman modern.
Tunas Remaja (12-14 tahun)
Metode bercerita sudah mulai jarang digunakan, anak remaja cenderung lebih menyukai penyelidikan Alkitab sendiri (tentunya dengan metode yang menunjang dan pendampingan yang baik dari Pembimbingnya).
Bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar