"TANTANGAN YANG DIHADAPI
DALAM MENGAJAR SEKOLAH MINGGU"
Sebelum kita menetukan solusi untuk mengatasi masalah dalam mengajar sekolah minggu, terlebih dahulu kita perlu mengenal masalah atau tantangan tersebut dengan tepat. Pada dasarnya, masalah atau tantangan yang dihadapi guru sekolah minggu dalam mengajar ada dua hal, yaitu: tantangan eksternal dan tantangan internal.
A. Tantangan Eksternal
Tantangan Eksternal adalah tantangan yang muncul dari luar persekutuan sekolah minggu, dan tantangan itu berasal dari:
Pertama, lingkungan sosial. Seringkali lingkungan sosial kurang mendukung aktivitas pelayanan kita. Acara-acara televisi yang semakin menarik, dunia hiburan yang sayang untuk dilewatkan, persaingan dalam studi dan pekerjaan yang sangat ketat sehingga kegiatan rohani bukan menjadi prioritas utama. Tidak jarang kita jumpai seorang anak malas hadir dalam sekolah minggu karena waktunya bersamaan dengan acara televisi yang menarik.
Kedua, lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi loyalitas jemaat untuk menghadiri sekolah minggu. Figur orang tua akan menjadi prinsip acuhan. Seorang anak akan belajar pertama kali dari lingkungan keluarga. Bagaimana seorang anak dapat memahami hakikat sebuah persekutuan, jika orang tua tidak pernah memperkenalkannya, tetapi orang tua malah bersikap apatis dan masa bodoh.
Keempat, lingkungan pergaulan. Sahabat merupakan orang pertama di luar keluarga yang dikenal oleh anak. Dengan demikian, seorang sahabat memiliki peranan besar dalam membentuk kepribadian. Seberapa jauh lingkungan pergaulan akan membentuk karakter anak yang dipengaruhi oleh kualitas relasi.
Pergaulan seperti dua buah sisi mata pedang yang sama tajamnya. Di sisi lain pergaulan mampu membangun kehidupan menjadi lebih baik, tetapi di sisi lain pergaulan mampu menghambat bahkan menghancurkan pertumbuhan iman anak-anak.
B. Tantangan Internal
Tantangan internal adalah tantangan yang muncul dari dalam diri individu. Tantangan internal bisa muncul dari anggota sekolah minggu, atau dari pengurus atau pengasuh sekolah minggu.
Pertama, anggota. Kecenderungan manusia untuk mudah kecewa, tidak mampu mengendalikan diri, emosianal, tertutup, malas, merasa diri benar, tidak siap dengan perbedaan, pembosan serta sifat-sifat lain yang sangat menentukan kualitas persekutuan kita. Mau tidak mau kita akan berjumpa dengan berbagai macam karakter di atas. Jika kita tidak besikap dewasa, pertumbuhan persekutuan sekolah minggu akan hambar. Bahkan tidak tertutup kemungkinan kegiatan akan terhenti.
Perbedaan adalah sebuah kehindahan. Masing-masing anggota sekolah minggu membawa dirinya sendiri. Para pengajar atau pengasuh sekolah minggu serta anggotanya mempunyai tugas untuk meramu perbedaan karakter menjadi sebuah komunitas yang saling melengkapi dan saling menguatkan, bukan saling melemahkan. Kita harus menghindari kecenderungan membuat kelompok-kelompok.
Kedua, pengurus dan pengajar sekolah minggu. Sekolah minggu akan menjadi kekuatan yang solid dan membawa berkat jika dikelola secara profesional. Mengelola sebuah sekolah minggu tidak dapat dilakukan setengah-setengah atau hanya untuk mengisi waktu luang. Profesionalisme pengelolaan dapat dilihat dari beberapa aspek. misalnya pembagian tugas yang jelas, pemilihan pengurus yang tepat sesuai dengan bidangnya, kreativitas acaranya, kerjasama dengan majelis dan pendeta. Hal yang paling prinsip adalah bagaimana pengurus sekolah minggu dapat melibatkan Allah dalam setiap aktivitasnya.
0 komentar:
Posting Komentar